Jumat, 03 Desember 2010

Kepada Jana (part 2)

Monday, November 1, 2010 at 10:49pm

Dear Laki laki dari teluk semangka,

Hai, aku datang lagi, semoga tak bosan. Tapi tahan dulu penasaran mu janu-ku, aku bukan akan bercerita tentang jejak-jejak.Tidak disini tidak disurat ini, setidaknya tidak untuk kali ini, tapi ada sebagian darinya kuletakkan diblog ku, semoga kamu sempat membacanya :) Kalau pun tidak, tak mengapa, aku akan merangkumkannya lagi kelak, untuk mu. Di sebuah teras, dalam sebuah percakapan tak terputus, dengan hidangan kue dari bidadari mu dan hm... (semoga) aku tak sendiri kala itu :) Kau tentu tau maksud ku, hayo cepat amiin kan :D

Aku menulis ditengah deadline tugas yang berjejalan, ditengah malam yang memanjaaaang.. Ditengah serangan keresahan yang benar benar mengganggu. Dulu kita pernah bersin-bersin, bahkan mendadak demam karena musim dan cuaca yang berubah. Padahal kita tiap hari mengalami semua hujan dan panas, sepanjang tahunnya tapi masih saja. Sekarang aku merasa musim berubah begitu cepat, disini semua terasa Jana, semua terasa dalam kelam, kenapa kelam, mungkin karena hati ku? Entahlah itu juga bisa.

Tapi yang pasti coba kau bayangkan kala matamu terpejam kau melihat pekat yang benar benar liat, dan begitu tidur mu cukup kau buka jendela mu, masih juga pekat itu berjajar dibalik jendela pagi mu, memekat; hitam! Seketika semua rasa resah berterbangan menelusup ke sudut hati mu, mengirimkan pecutan galau.. ah.. terlalu melodramatis rasanya, tapi ini Nyata, setidaknya saat aku mengayuh sepeda tadi jam 8 malam terasa jam 12 malam. Kelam sekali jana...

Aku merindukan cahaya, semua mahluk berhibernasi, dan pohon pohon diam tak bergerak. Tak ada angin kencang, daun daun merontok perlahan tapi pasti, meninggalkan dahan dan ranting. Menjadikan mereka fosil raksasa.. aih Jaaan

Ingatkah kau tentang cerita-cerita Agatha Christie? tentang burung burung Black Bird, aku menemukan mereka jana, disini mereka berterbangan menebar suara kwak kwak yang memecah keheningan kelam. Dan disisi lain menyelinapkan lagi lagi resah. Terasalah sekarang apa itu jauh dari rumah.. Semua mahluk disini meringkuk nyaman disarang mereka, dan aku? sarang ku? Ah aku sedang membawa sarangku kemana-mana dan berharap diperjalanan ini ada yang mau berbagi sarang dengan ku :)

Tak tahan rasanya, membaginya bersama mu kuharap bisa meredakan sedikit resah ku :)

Tapi aku akan bertahan, tentu saja, butuh ribuan kilo untuk kemari, dan semua musim yang menggelitik syaraf ini akan ku nikmati. Tiap denyut dikepala karena hujan yang tak pernah permisi membasah kuyupkan badan ini aku akan nikmati. Tiap gigil dan gemeretak gigi ku juga akan ku nikmati. Tapi sunggu sepi bukanlah hal yang ingin aku nikmati, terutama sendiri. Jadi maafkanlah aku, kalau selama musim dingin ini kau akan menerima surat terus dari ku ya. Itu juga indikasi, kalau kalau surat ku jarang datang tolong tulis diwall ku, suruh temen ku cek, jangan-jangan aku beku hehhee :P

Hm.. Sebenarnya tentang kelam dan gelap bukanlah inti surat ku, aku menulis ini untuk curhat mengenai betapa aku akhirnya paham kenapa dosen-dosen yang dulu S2 diluar itu terlihat begitu mengaggumkan. Karena yang mereka alami juga mengagumkan.Untuk pertama kalinya aku berkesempatan bergabung di sebuah tim bersama kaumnya HITLER. Seumur hidup ku, mengeluarkan usaha yang amat sangat besar untuk sebuah tugas bergadang sampe jam 4 pagi, 5 hari berturut-turut, baru saja aku alami sekarang! Usaha gila-gilaan yang sepertinya tak jua sebanding dengan usaha yang dilakukan oleh teman teman ku. Pada akhirnya, aku pun menilai kerja ku tak memuaskan!! Aih, aku merasa berotak kadal dan bertenaga liliput. Betapa berbedanya dari yang kita hadapi teman dahulu dibangku kuliah kita. Kemarin ditengah keputusasaan aku bertanya pada mbah Google, mengetikkan key words "bunuh diri karena s2" dan kau tebak hasilnya kawan? ADA!! Biasanya mahasiswa S2 dan S3 dan rata rata dari Asia. Aiiih teman.. aku tak mau berakhir seperti itu, maka aku berhenti bertanya-tanya. Tanya tentang seberapa besar kemampuan ku, mampukah? Bisakah?

Dua jam yang lalu aku sudah bersepakat dengan hati, bahwa aku hanya akan berusaha, bergerak, dan terus bergerak saja.. Soal hasil pasrah saja, pasrah tanpa menyalahkan diri sendiri. Berusaha sampai titik darah pengahabisan. *eh kok kedengerannya ujungnya mati juga ya?? :D

Betapa demi menghela jejalan tekanan dikepala ini aku pun mengabarkan mu bahwa hari ini, tepatnya 1 jam yang lalu aku merampungkan sesuatu. Sesuatu yang besar, suatu rencana yang menjanjikan pemenuhan sebagian mimpi tentang melihat pusat peradaban dunia. Hm, sesuatu yang membuat saya harus puasa hidup enak dua bulan ke depan :P Tentu kau mengerti maksud ku bukan kawan. Rencana ini seolah mimpi, tapi semua-semua sudah terjadwal manis. Iya semua sudah ON SCHEDULE. Kalau semua lancar seperti sekarang, maka kau akan kebanjiran cerita tentang 2 minggu yang penuh pesona dimulai dari sudut cantik di menara yang miring, nama-nama pizza yang enak, kakek tua yang membagi anggur berkat di lonceng 25 kalender mu. Tak hanya itu, siap siap saja menerima foto stadion yang replikanya ada dikota ku Palembang, serta cerita dari balik kanal-kanal kota penuh cinta. Lalu apa itu sudah cukup? Tidak untuk kali ini, kali ini kaki ku berencana melangkah panjang sekali, ke kota yang lagunya jadi soundtrack pacaran om dan tante kita, melihat sendiri gadis gadisnya yang katanya lekuknya seperti gitar.

Ah, sungguh gila rencana itu, sungguh gila karena aku akan pergi disaat semua orang pergi. Gila karena aku menggadaikan dompet demi pemenuhannya. Gila karena rencana ini sudah terkunci mati, yang artinya tak ada kata batal... Telah kubayangkan betapa nanti setelah pulang dari realisasi rencana ini aku akan melupakan eskrim nikmat dan hanya berteman sereal dikamar ku menulis catatannya untuk mu. :))

Sekian dulu ocehan ku, malam makin kelam dan dingin, aku masih harus menyelesaikan tugas ku. Aku harap kali ini kamu membalas, katakan apa yang kamu rasa saat membacanya. Oh ya semoga kamu tak cemburu kalau yang lain ikut mencuri baca surat mu ini. :) pastikan kau sudah memberitahu si bidadari, kalau surat ku tak perlu masuk kategori "bahaya yang mengancam hati" hehhee tak perduli seberapa romantis percintaan kata kata kita.

Enschede, 1 November 2010


Ema

Tidak ada komentar:

Posting Komentar